Bukan Lagi Manusia

Bukan Lagi Manusia, AI Jadi Pengajar Utama di Sekolah Esok

Duniaedukasi – Bukan Lagi Manusia yang mendominasi ruang kelas. Dalam waktu dekat, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) di prediksi akan menjadi pilar utama dalam proses pembelajaran. Hal ini disampaikan oleh Luis von Ahn, CEO aplikasi belajar bahasa populer, Duolingo, dalam wawancaranya baru-baru ini. Ia menyebut bahwa AI akan “merevolusi” sistem pendidikan, khususnya pada jenjang dasar dan menengah, dengan menggantikan sebagian besar peran guru tradisional.

AI tak hanya akan berperan sebagai alat bantu, melainkan sebagai pengajar utama yang memandu siswa secara personal. Teknologi ini mampu menganalisis data belajar, menyesuaikan materi sesuai kecepatan siswa, hingga memberikan umpan balik instan—hal yang sulit di lakukan manusia dalam skala besar. Dengan demikian, ruang kelas masa depan di proyeksikan lebih efisien, responsif, dan adaptif terhadap kebutuhan individu.

Sekolah Berubah Fungsi: Dari Tempat Belajar ke Ruang Sosial

Dengan hadirnya AI sebagai pengajar, bukan lagi manusia yang menjadi pusat perhatian di dalam kelas. Sekolah tidak lagi hanya dipandang sebagai tempat mentransfer ilmu, tetapi juga akan berubah menjadi ruang sosial dan pengasuhan. Luis von Ahn menekankan bahwa interaksi antar manusia tetap penting, namun peran utama guru akan berpindah dari pemberi materi ke fasilitator sosial dan emosional.

“Clover Lawn Jadi Primadona Baru Pengganti Rumput Konvensional”

Fungsi sekolah ke depan akan lebih mirip pusat komunitas—tempat anak-anak belajar bersosialisasi, membangun empati, dan mengenali diri. Guru akan berfokus pada aspek pendampingan, membangun karakter, serta memastikan kesehatan mental dan emosional siswa tetap terjaga. Sementara aspek teknis pembelajaran akan di tangani oleh sistem berbasis AI yang terukur dan dapat di personalisasi.

Siapkah Dunia Menerima Kelas yang Bukan Lagi Manusia?

Pertanyaan terbesar saat ini adalah: siapkah dunia menerima ruang belajar yang bukan lagi manusia sebagai pengajarnya? Di satu sisi, AI menawarkan efisiensi, akurasi, dan jangkauan global yang belum pernah ada sebelumnya. Namun, di sisi lain, banyak yang khawatir akan hilangnya sentuhan manusiawi dalam proses pendidikan—hal yang sangat krusial dalam pembentukan karakter dan nilai.

Beberapa negara dan lembaga pendidikan mulai melakukan uji coba integrasi AI dalam kelas. Namun, adopsi penuh teknologi ini masih di barengi tantangan: kesenjangan digital, etika penggunaan data siswa, serta kesiapan guru untuk beradaptasi dengan peran baru mereka.

Yang jelas, dunia pendidikan sedang berada di persimpangan besar. Ketika pengajar bukan lagi manusia, maka pendekatan terhadap pembelajaran harus benar-benar berubah—bukan hanya dari sisi teknologi, tetapi juga dari nilai, struktur, dan cara kita memahami peran sekolah dalam kehidupan anak-anak.

“Geopolitik Memanas, Ekonomi Dunia Terancam Resesi”